TINJAUAN
SAJIAN LAGU ILIR-ILIR DALAM TIGA VERSI – ARANSEMENT
Oleh
Kiswanto
Berdasarkan
pemahaman masyarakat pada umumnya, secara oral
beranggapan bahwa teks syair lagu Ilir-ilir diciptakan oleh tokoh penyebar
agama Islam di Jawa, yaitu Sunan Kalijaga di mana lelagon ini difungsikan sebagai sarana dakwah; berupa peringatan
atau ajakan kepada manusia yang diungkapkan melalui media lagu tersebut. Mengingat
lagu ini yang memiliki nilai sejarah dan nilai dakwah, seringkali ditemukan
penyajian lagu ini dalam berbagai aransement seperti keroncong, dangdut,
hadrah, campur sari, dan lain-lain. Penulis tertarik untuk mengkaji aransement
tiga kelompok musik yang didownload dari Youtube dengan bentuk genre – jenis - musik yang berbeda-beda,
yaitu Jamiyah Sholawat Sawunggaling yang mengaransement lagu Ilir-ilir dalam
bentuk hadrah – terbangan, OM. Palapa
dengan aransement dangdut koplo, dan Emha dan Group yang mengaransement dalam
bentuk keroncong.
Dalam kajian
ini, sekilas akan mengkomparasikan penyajian lagu Ilir-ilir yang satu dengan
penyajian dengan bentuk aransement yang lain. Dalam hal ini analisis data
mungkin masih bersifat berkutat di permukaan atau belum terlalu mendalam. Titik
berat permasalahan yang menjadi perhatian utama penulis adalah
perbedaan-perbedaan dan kesamaan-kesamaan lagu Ilir-ilir yang telah
diaransement dalam bentuk yang berbeda-beda. Studi komparasi ini secara
spesifik lebih fokus pada komparasi teks syair lagu sekaligus indikasi kontekstual dari setiap aransement di
mana penulisan ini berdasarkan ‘opini’ penulis.
Ilir-ilir
Versi Jamiyah Sholawat Sawunggaling
Pada
umumnya masyarakat Jawa sering menyebut ansambel musik seperti yang disajikan
oleh kelompok Jamiyah Sholawat Sawunggaling dengan sebutan Sholawatan, Hadrah,
atau Terbangan. Ansambel dari
sholawat ini memiliki ciri khas khusus yang juga berlaku pada ansambel sholawat
pada umumnya, yaitu dengan penggunaan instrument perkusi membrane; penggunaan instrument terbang dengan jumlah tertentu dan
bedug. selain itu pada kelompok Jamiyah Sholawat Sawunggaling menggunakan
instrument tambahan berupa gitar bass, key board, tamborin, dan gitar yang
semuanya ini menjadi bumbu-bumbu
untuk lebih memperindah penyajian musiknya.
Dalam
perkembangannya ansambel ini telah menjadi identitas agama islam atau yang
sering disebut dengan musik Islam[1].
Lagu Ilir-ilir dalam bentuk sajian ansambel Sholawatan merupakan penyajian yang
sesuai pada tempatnya, yaitu dalam ansambel musik yang memang hanya memiliki
fungsi khusus sebagai musik Islam. Indikasinya dari sajian ini adalah
melantunkan syair dakwah melalui sebuah pendekatan ansambel musik yang sudah
menjadi identitas atau identik dengan Islam, jika diibaratkan busana telah
menggunakan pakaian muslim sehingga secara psikologis rasa keislamannya lebih
dapat dihayati.
Teks
syair lagu dalam kelompok Jamiyah Sholawat Sawunggaling adalah sebagai berikut:
Ilir-ilir
I.
Lir ilir.. lir ilir..
tanduré wus sumilir
Tak ijo royo-royo..
Taksengguh kemantèn anyar 2x
Bocah angon bocah angon..
pènèkno blimbing kuwi ,
Lunyu-lunyu pènèkno
kanggo mbasuh dodotira 2x
Dodotira.. dodotira..
kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana jlumatana
kanggo séba méngko sore 2X
Mumpung padhang rembulané
Mumpung jembar kalangané
Yasuraka..surak hiyoo
II. Allahummaghfirlana … Allahumaghfirlana ya
ghofar ya ghofar…
Allahummaflan abwaabarromhah… Allahumatahlana abwabal barok…
Abwabanni’mah.. abwaabal quwwah… abwaaballafiah..
wabwaabal khoirot..wabwaabal khoirot…
wabwaabal khoirot… Allahummaghfirlana.. ya ghofar… ya ghofar…. ya ghofar… ya
ghofar….
III. Teks Sholawat Badar (pada bagian kalimat tertentu dibawakan
secara vokal koor – bersama-sama)
IV. Kembali ke bagian I
Ilir-ilir Versi Dangdut Koplo; OM. Palapa
Bagi
beberapa kalangan orang beranggapan bahwa jenis musik ini merupakan musik ‘kampungan’, tetapi realita yang nyata
musik dangdut merupakan sebuah genre musik populer yang tergolong besar di
Indonesia. Musik dangdut mudah bergaul, elastis terhadap jenis musik lain,
sekaligus merakyat di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui proses enkulturasi
dengan jenis musik lain menjadikan dangdut dengan karakter-karakter yang khas,
seperti rockdut, congdut, dan dangdut koplo. Dangdut koplo merupakan salah satu
jenis musik dangdut yang berkembang dan sangat khas di Jawa Timur. Di luar Jawa
Timur koplo juga sangat berkembang pesat, akan tetapi secara musikalitas
berbagai dangdut koplo dari Jawa Timur lebih berkarakter dan cukup dikenal masyarakat
luas daripada group-group dangdut di luar daerah tersebut.
Lagu
Ilir-ilir yang diaransement dalam bentuk dangdut koplo memiliki sifat dan
keunikan tersendiri di mana alunan musik dangdut ini memang sangat sesuai untuk
bergoyang atau berjoget. Dengan disajikan dalam panggung pertunjukan terbuka di
mana semua pemusik berdiri, vokalis yang melantunkan lagu Ilir-ilir juga
melantunkan dengan berjoget. Hal ini dapat diamati
pada ketukan birama 4/4 yang umumnya terdapat pada lagu dangdut, apalagi adanya
instrument tabla – kendang, bangunan
pola permainan ritme-ritme dari kedua tabung membran tersebut menjadi stimulus bunyi yang memang sangat pas
untuk menari. Bergoyang atau berjoget ini merupakan
persoalan estetik penyanyi dangdut, dengan kata lain tanpa bergoyang seorang
penyanyi dangdut akan kurang menjiwai alunan dangdut koplo. Selain itu secara
psikologis ungkapan ekspresi dari vokalis maupun pemusik merupakan ekspresi
gembira atau senang, atau lagu Ilir-ilir diekspresikan dengan perasaan gembira.Indikasi
dari penyajian lagu Ilir-ilir dalam bentuk dangdut koplo adalah pengunjung atau
audient yang berdatangan untuk menyaksikan merupakan masa yang berjumlah besar
sehingga dangdut koplo menjadi sarana medium ungkap untuk menyampaikan kepada
masyarakat banyak.
Teks syair lagu
dalam OM. Palapa adalah sebagai berikut:
I. Lir ilir.. lir ilir..
tanduré wus sumilir
Tak ijo royo-royo..
Taksengguh temantèn anyar 2x
Bocah angon bocah angon..
pènèkno blimbing kuwi ,
Lunyu-lunyu pènèkno
kanggo mbasuh dodotira 2x
II. Sholawat Badar
III. Konco-konco sing
sregep ngaji perkoro repot ojo turuti 2x
Kapan maneh nek
gak saiki
Tumpung durung ketekan pati 2x
IV. Sholawat Badar
V. Budhale nyowo gak
atek kondo malaikat Izra’il terus sediyo 2x
Gak pandang sugih
gak pandang tuwo
Numpak penduso mosok wurungo 2x
VI. Sholawat Badar
VII. Duh
gusti Allah nyuwun ngapuro sak kabehe dosa kawulo 2x
Mboten wonten
ingkang ngapuro
Kejawi gusti kang
moho kuoso 2x
VIII. Sholawat Badar
Ilir-ilir Versi Keroncong; Emha & Group
Dalam penyajian kelompok Emha dan group, sarana medium sajian
musik menggunakan genre musik
keroncong. Keroncong yang digunakan termasuk keroncong modern di
mana masa keroncong modern
(1960-2000) semua aturan baku
(pakem) dalam musik keroncong tidak
berlaku, karena mengikuti aturan
baku (pakem) yang sudah ada dalam musik pop yang berlaku secara universal, misalnya tangga nada minor, moda pentatonis
Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik dan kromatik, akord disonan,
sifat politonal atau atonal (pada campursari), tidak megenal lagi pakem
bentuk keroncong asli atau stambul, ada irama nuansa dangdut
(congdut), mulai tahun 1998 musik rap mulai masuk (Bondan Prakoso), dlsb
(wikipedia).
Permainan
modifikasi dari tiap-tiap instrument pada aransement lagu Ilir-ilr Kyai Haji
Emha Ainunnadjib mengarah pada langgam jawa, di mana terdapat pola imbal pada
ukulele, modifikasi permainan kendang pada cello, penggunaan irama rangkep, dan
lain-lain. Bagian awal dari penyajian lagu Ilir-ilir pada kelompok ini memang
tidak langsung masuk ke keroncong, pertamanya adalah background string dari key
board, root dari gitar bass, serta permainan instrument melodis kemudian masuk
ke bagian aransement keroncong. Berdasarkan pandangan subyektif penulis,
penulis lebih dapat mengahayati aransement lagu Ilir-ilir dalam bentuk
keroncong Kyai Emha Ini.
Teks
syair lagu dalam Emha & Group adalah sebagai berikut:
I. Lir ilir.. lir ilir..
tanduré wus sumilir
Tak ijo royo-royo..
Taksengguh kemantèn anyar 2x
Bocah angon bocah angon..
pènèkno blimbing kuwi ,
Lunyu-lunyu pènèkno
kanggo mbasuh dodotira 2x
Dodotira.. dodotira..
kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana jlumatana
kanggo séba méngko soré 2X
Mumpung padhang rembulané
Mumpung jembar kalangané
Yasuraka..surak hiyoo
II. Sholawat Badar
III. Illahisya limil ‘umah
Minalafwatiwalni’mah
Waminhamin waminhummah
BiahlillbadriyaAllah 2X
IV. Kembali ke bagian I
Dari segi bahasa
yang digunakan teks lagu Ilir-ilir tidak menggunakan bahasa apa adanya – fulgar - yang dapat langsung dipahami
begitu saja oleh pendengarnya, melainkan merupakan ungkapan ‘perandaian’ berupa
kata-kata ‘kiasan’ yang sekaligus mengandung makna simbolik di setiap kalimat
teks syairnya. Dari ketiga versi aransement lagu
Ilir-ilir di atas, ketiganya memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan.
Kesamaannya terletak pada teks syair baku dari lagu Ilir-ilir serta penggunaan
tangga nada minor. Semuanya mempunyai perbedaan masing-masing, teks syair lagu
telah ditambahi syair-syair lagu lain yang juga permainan melodinya berbeda
satu sama lain pada tiap versi; aransement telah melalui proses eksplorasi struktur
musik dengan sedemikian rupa bentuknya.
Adanya
medium ungkap dengan berbagai aransement tersebut, tentunya tidak dapat
terlepas dari tujuan dan maksud dari lagu tersebut disajikan yaitu audient atau
penonton. Musik merupakan bentuk seni, di mana seni merupakan salah satu unsur
kebudayaan. Musik juga merupakan suatu sistem perilaku kebudayaan.
[1] Pada dasarnya musik tidak memiliki agama, yang membentuk identitas
ini terjadi karena masyarakat pelaku musik ini sekaligus fungsi dari ansambel
ini sering kali digunakan oleh masyarakat yang beragama Islam sehingga
menyebabkan persepsi atau pemahaman musik islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar