Jumat, 14 Desember 2012

TINJAUAN SAJIAN LAGU ILIR-ILIR DALAM TIGA VERSI – ARANSEMENT

TINJAUAN SAJIAN LAGU ILIR-ILIR DALAM TIGA VERSI – ARANSEMENT
Oleh
Kiswanto

Berdasarkan pemahaman masyarakat pada umumnya, secara oral beranggapan bahwa teks syair lagu Ilir-ilir diciptakan oleh tokoh penyebar agama Islam di Jawa, yaitu Sunan Kalijaga di mana lelagon ini difungsikan sebagai sarana dakwah; berupa peringatan atau ajakan kepada manusia yang diungkapkan melalui media lagu tersebut. Mengingat lagu ini yang memiliki nilai sejarah dan nilai dakwah, seringkali ditemukan penyajian lagu ini dalam berbagai aransement seperti keroncong, dangdut, hadrah, campur sari, dan lain-lain. Penulis tertarik untuk mengkaji aransement tiga kelompok musik yang didownload dari Youtube dengan bentuk genre – jenis - musik yang berbeda-beda, yaitu Jamiyah Sholawat Sawunggaling yang mengaransement lagu Ilir-ilir dalam bentuk hadrah – terbangan, OM. Palapa dengan aransement dangdut koplo, dan Emha dan Group yang mengaransement dalam bentuk keroncong.
Dalam kajian ini, sekilas akan mengkomparasikan penyajian lagu Ilir-ilir yang satu dengan penyajian dengan bentuk aransement yang lain. Dalam hal ini analisis data mungkin masih bersifat berkutat di permukaan atau belum terlalu mendalam. Titik berat permasalahan yang menjadi perhatian utama penulis adalah perbedaan-perbedaan dan kesamaan-kesamaan lagu Ilir-ilir yang telah diaransement dalam bentuk yang berbeda-beda. Studi komparasi ini secara spesifik lebih fokus pada komparasi teks syair lagu sekaligus  indikasi kontekstual dari setiap aransement di mana penulisan ini berdasarkan ‘opini’ penulis.

Ilir-ilir Versi Jamiyah Sholawat Sawunggaling
            Pada umumnya masyarakat Jawa sering menyebut ansambel musik seperti yang disajikan oleh kelompok Jamiyah Sholawat Sawunggaling dengan sebutan Sholawatan, Hadrah, atau Terbangan. Ansambel dari sholawat ini memiliki ciri khas khusus yang juga berlaku pada ansambel sholawat pada umumnya, yaitu dengan penggunaan instrument perkusi membrane; penggunaan instrument terbang dengan jumlah tertentu dan bedug. selain itu pada kelompok Jamiyah Sholawat Sawunggaling menggunakan instrument tambahan berupa gitar bass, key board, tamborin, dan gitar yang semuanya ini menjadi bumbu-bumbu untuk lebih memperindah penyajian musiknya.
            Dalam perkembangannya ansambel ini telah menjadi identitas agama islam atau yang sering disebut dengan musik Islam[1]. Lagu Ilir-ilir dalam bentuk sajian ansambel Sholawatan merupakan penyajian yang sesuai pada tempatnya, yaitu dalam ansambel musik yang memang hanya memiliki fungsi khusus sebagai musik Islam. Indikasinya dari sajian ini adalah melantunkan syair dakwah melalui sebuah pendekatan ansambel musik yang sudah menjadi identitas atau identik dengan Islam, jika diibaratkan busana telah menggunakan pakaian muslim sehingga secara psikologis rasa keislamannya lebih dapat dihayati.
            Teks syair lagu dalam kelompok Jamiyah Sholawat Sawunggaling adalah sebagai berikut:

Ilir-ilir

I.                        Lir ilir.. lir ilir..
tanduré wus sumilir
Tak ijo royo-royo..
Taksengguh kemantèn anyar 2x
Bocah angon bocah angon..
pènèkno blimbing kuwi ,
Lunyu-lunyu pènèkno
kanggo mbasuh dodotira 2x
Dodotira.. dodotira..
kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana jlumatana
kanggo séba méngko sore 2X
Mumpung padhang rembulané
Mumpung jembar kalangané
Yasuraka..surak hiyoo

II.        Allahummaghfirlana … Allahumaghfirlana ya ghofar ya ghofar…
Allahummaflan abwaabarromhah… Allahumatahlana abwabal barok…
Abwabanni’mah.. abwaabal quwwah… abwaaballafiah..
wabwaabal khoirot..wabwaabal khoirot… wabwaabal khoirot… Allahummaghfirlana.. ya ghofar… ya ghofar…. ya ghofar… ya ghofar….

III.      Teks Sholawat Badar (pada bagian kalimat tertentu dibawakan secara vokal koor – bersama-sama)

IV.       Kembali ke bagian I

Ilir-ilir Versi Dangdut Koplo; OM. Palapa
Bagi beberapa kalangan orang beranggapan bahwa jenis musik ini merupakan musik ‘kampungan’, tetapi realita yang nyata musik dangdut merupakan sebuah genre musik populer yang tergolong besar di Indonesia. Musik dangdut mudah bergaul, elastis terhadap jenis musik lain, sekaligus merakyat di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui proses enkulturasi dengan jenis musik lain menjadikan dangdut dengan karakter-karakter yang khas, seperti rockdut, congdut, dan dangdut koplo. Dangdut koplo merupakan salah satu jenis musik dangdut yang berkembang dan sangat khas di Jawa Timur. Di luar Jawa Timur koplo juga sangat berkembang pesat, akan tetapi secara musikalitas berbagai dangdut koplo dari Jawa Timur lebih berkarakter dan cukup dikenal masyarakat luas daripada group-group dangdut di luar daerah tersebut.
Lagu Ilir-ilir yang diaransement dalam bentuk dangdut koplo memiliki sifat dan keunikan tersendiri di mana alunan musik dangdut ini memang sangat sesuai untuk bergoyang atau berjoget. Dengan disajikan dalam panggung pertunjukan terbuka di mana semua pemusik berdiri, vokalis yang melantunkan lagu Ilir-ilir juga melantunkan dengan berjoget. Hal ini dapat diamati pada ketukan birama 4/4 yang umumnya terdapat pada lagu dangdut, apalagi adanya instrument tabla – kendang, bangunan pola permainan ritme-ritme dari kedua tabung membran tersebut menjadi stimulus bunyi yang memang sangat pas untuk menari. Bergoyang atau berjoget ini merupakan persoalan estetik penyanyi dangdut, dengan kata lain tanpa bergoyang seorang penyanyi dangdut akan kurang menjiwai alunan dangdut koplo. Selain itu secara psikologis ungkapan ekspresi dari vokalis maupun pemusik merupakan ekspresi gembira atau senang, atau lagu Ilir-ilir diekspresikan dengan perasaan gembira.Indikasi dari penyajian lagu Ilir-ilir dalam bentuk dangdut koplo adalah pengunjung atau audient yang berdatangan untuk menyaksikan merupakan masa yang berjumlah besar sehingga dangdut koplo menjadi sarana medium ungkap untuk menyampaikan kepada masyarakat banyak.
Teks syair lagu dalam OM. Palapa adalah sebagai berikut:
I.          Lir ilir.. lir ilir..
tanduré wus sumilir
Tak ijo royo-royo..
Taksengguh temantèn anyar 2x
Bocah angon bocah angon..
pènèkno blimbing kuwi ,
Lunyu-lunyu pènèkno
kanggo mbasuh dodotira 2x
II.         Sholawat Badar
III.       Konco-konco sing sregep ngaji perkoro repot ojo turuti 2x
            Kapan maneh nek gak saiki
Tumpung durung ketekan pati 2x
IV.       Sholawat Badar
V.         Budhale nyowo gak atek kondo malaikat Izra’il terus sediyo 2x
            Gak pandang sugih gak pandang tuwo
Numpak penduso mosok wurungo 2x
VI.       Sholawat Badar
VII.     Duh gusti Allah nyuwun ngapuro sak kabehe dosa kawulo 2x
            Mboten wonten ingkang ngapuro
            Kejawi gusti kang moho kuoso 2x
VIII.     Sholawat Badar

Ilir-ilir Versi Keroncong; Emha & Group
            Dalam penyajian kelompok Emha dan group, sarana medium sajian musik menggunakan genre musik keroncong. Keroncong yang digunakan termasuk keroncong modern di mana masa keroncong modern (1960-2000) semua aturan baku (pakem) dalam musik keroncong tidak berlaku, karena mengikuti aturan baku (pakem) yang sudah ada dalam musik pop yang berlaku secara universal, misalnya tangga nada minor, moda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik dan kromatik, akord disonan, sifat politonal atau atonal (pada campursari), tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong asli atau stambul, ada irama nuansa dangdut (congdut), mulai tahun 1998 musik rap mulai masuk (Bondan Prakoso), dlsb (wikipedia).
Permainan modifikasi dari tiap-tiap instrument pada aransement lagu Ilir-ilr Kyai Haji Emha Ainunnadjib mengarah pada langgam jawa, di mana terdapat pola imbal pada ukulele, modifikasi permainan kendang pada cello, penggunaan irama rangkep, dan lain-lain. Bagian awal dari penyajian lagu Ilir-ilir pada kelompok ini memang tidak langsung masuk ke keroncong, pertamanya adalah background string dari key board, root dari gitar bass, serta permainan instrument melodis kemudian masuk ke bagian aransement keroncong. Berdasarkan pandangan subyektif penulis, penulis lebih dapat mengahayati aransement lagu Ilir-ilir dalam bentuk keroncong Kyai Emha Ini.
            Teks syair lagu dalam Emha & Group adalah sebagai berikut:
I.          Lir ilir.. lir ilir..
tanduré wus sumilir
Tak ijo royo-royo..
Taksengguh kemantèn anyar 2x
Bocah angon bocah angon..
pènèkno blimbing kuwi ,
Lunyu-lunyu pènèkno
kanggo mbasuh dodotira 2x
Dodotira.. dodotira..
kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana jlumatana
kanggo séba méngko soré 2X
Mumpung padhang rembulané
Mumpung jembar kalangané
Yasuraka..surak hiyoo
II.         Sholawat Badar
III.       Illahisya limil ‘umah
Minalafwatiwalni’mah
Waminhamin waminhummah
BiahlillbadriyaAllah 2X
IV.       Kembali ke bagian I

Dari segi bahasa yang digunakan teks lagu Ilir-ilir tidak menggunakan bahasa apa adanya – fulgar - yang dapat langsung dipahami begitu saja oleh pendengarnya, melainkan merupakan ungkapan ‘perandaian’ berupa kata-kata ‘kiasan’ yang sekaligus mengandung makna simbolik di setiap kalimat teks syairnya. Dari ketiga versi aransement lagu Ilir-ilir di atas, ketiganya memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya terletak pada teks syair baku dari lagu Ilir-ilir serta penggunaan tangga nada minor. Semuanya mempunyai perbedaan masing-masing, teks syair lagu telah ditambahi syair-syair lagu lain yang juga permainan melodinya berbeda satu sama lain pada tiap versi; aransement telah melalui proses eksplorasi struktur musik dengan sedemikian rupa bentuknya.
Adanya medium ungkap dengan berbagai aransement tersebut, tentunya tidak dapat terlepas dari tujuan dan maksud dari lagu tersebut disajikan yaitu audient atau penonton. Musik merupakan bentuk seni, di mana seni merupakan salah satu unsur kebudayaan. Musik juga merupakan suatu sistem perilaku kebudayaan.



[1] Pada dasarnya musik tidak memiliki agama, yang membentuk identitas ini terjadi karena masyarakat pelaku musik ini sekaligus fungsi dari ansambel ini sering kali digunakan oleh masyarakat yang beragama Islam sehingga menyebabkan persepsi atau pemahaman musik islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar